Friday, March 23, 2018

Pemahaman kasih Karunia Bag 2

Implikasi Kasih Karunia
Efesus 1:3-8 “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya. Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian.”
Galatia 1:6-10 “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia. Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.”
Untuk memahami kasih karunia Allah, kita perlu mengetahui bahwa persoalan terbesar umat manusia yaitu keselamatan dari kebinasaan kekal sudah diselesaikan oleh Tuhan Yesus Kristus di kayu salib.
I. Angin-angin pengajaran tentang kasih karunia
Kita seharusnya bukan hanya memahami kasih karunia Allah tetapi menikmati dan mengaplikasikan kasih karunia. Tetapi sayangnya banyak orang percaya atau gereja yang mengembalikan peraturan-peraturan yang seharusnya tidak perlu dilakukan lagi di zaman kasih karunia. Gereja pada masa lalu pernah mengalami kejatuhan yang paling dalam dengan memperjualbelikan surat pengampunan dosa untuk bisa masuk sorga dan tindakan penghukuman fisik kepada orang berdosa dengan caranya sendiri. Kebenaran tentang kasih karunia terkikis dengan “Taurat baru” yang didirikan oleh gereja, seakan bahwa orang masuk sorga dengan perbuatan baik.Dalam surat Galatia kita membaca bahwa Paulus mengutuk. Tentu kita heran mengapa seorang rasul mengutuk padahal Tuhan Yesus sendiri berkata agar kita memberkati dan jangan mengutuk. Kita harus memahami hal ini. Prinsip iman kita tidak boleh dikalahkan atau digoyahkan oleh faktor sungkanisme. Banyak orang yang telah memiliki iman yang baik, dengan pergumulan mencapai tahapan itu, namun akhirnya prinsip iman itu luluh lantak hanya karena faktor sungkanisme. Kita harus membedakan manakah prinsip iman dan manakah persahabatan/ relationship.Pada jemaat Galatia, Paulus mengutuk pembawa pengajaran sesat yang melanda gereja dan yang telah mengacaukan dan mengubah doktrin di dalam gereja.
Seorang teolog bernama Calvin menciptakan sebuah teologi Calvinisme yang mengajarkan bahwa “sekali selamat tetap selamat”. Teologi ini banyak dipakai oleh banyak denominasi gereja. Namun saat ini ada angin pengajaran yang melanda gereja Tuhan, yang lebih dari Calvinisme yaitu pengajaran HYPER GRACE (Kasih Karunia yang Berlebihan). Pengajaran ini berkata bahwa kasih karunia Allah tidak pernah gagal. Sampai disini tidak salah. Tetapi yang selanjutnya tidak dibahas oleh Hyper Grace adalah bagaimana jika ada orang yang menyia-nyiakan kasih karunia Allah, apakah ia tetap selamat? Padahal ada bagiannya Tuhan, ada bagiannya kita. Kita harus sangat tekun mempelajari Firman Tuhan dengan benar supaya tidak mudah terombang ambing dengan angin pengajaran.Pengajar HYPER GRACE menerima kesaksian dari orang-orang dari seluruh penjuru dunia yang awalnya terpuruk, tetapi begitu mendengar pengajaran Hyper Grace hidupnya dipulihkan dan menjadi semakin mengasihi Tuhan. Tetapi mengapa akhirnya pengajaran ini menjadi keliru? Disebabkan karena mereka tidak memahami kasih karunia dengan benar dan mengaplikasikannya dengan benar.
II. Memahami kasih karunia Allah
Efesus 3:18-20 “Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita”.
Jika Paulus berkata seperti itu kepada jemaat Efesus karena jemaat Efesus belum memahami kasih Kristus. Umumnya pemahaman orang percaya mengenai kasih Tuhan adalah mengenai hal-hal baik dan berkat. Begitu mudah orang percaya bersaksi saat mengalami pertolongan dan berkat Tuhan. Tetapi bagaimana saat mengalami penderitaan yang berat seperti Ayub, dipenjara seperti Paulus? Mampukah bersaksi bahwa Allah itu baik?Paulus juga berkata bahwa supaya jemaat Efesus MENGENAL kasih itu. Jika kita aplikasikan dalam hidup kita, tanyakan pada diri kita dan jawablah dengan jujur:
* Apakah berdoa adalah beban ataukah kesukaan?
* Apakah membaca Alkitab adalah beban ataukah kesukaan?
Jika kita mau jujur, umumnya orang percaya memandang perintah Tuhan sebagai beban/tekanan. Berdoa, membaca Firman, pelayanan, menjadi beban/tekanan. Jika saja semua orang percaya memandang perintah Tuhan sebagai kesukaan, maka gereja sudah lama menjadi kekuatan rohani. Mengapa orang percaya memandang perintah Tuhan sebagai beban? Karena tidak memahami dan mengaplikasikan kasih karunia.Orang-orang seperti ini akan menjadi sasaran empuk pengajaran HYPER GRACE yang berkata bahwa apapun yang terjadi kasih karunia Allah tersedia berlimpah-limpah. Mengapa orang-orang yang tidak memahami dan mengaplikasikan kasih karunia Allah menjadi sasaran empuk pengajaran Hyper Grace? Karena di dalam gereja di kalangan kita (Pantekosta dan Kharismatik) ada kultur penghakiman. Saat gereja di kalangan kita mengalami pemulihan, maka banyak gereja di kalangan kita yang merasa diri lebih baik, lebih benar, dan lebih sempurna dari gereja lain karena gereja lain belum melakukan A, B, C, D sedangkan gereja di kalangan kita sudah komplit melakukannya. Yang terjadi kemudian adanya kultur baru. Ada banyak bentuk ibadah dan pelayanan. Sayangnya berbagai bentuk ibadah dan pelayanan tersebut menjadi cara melevelkan diri bukan hanya antar gereja tetapi juga antar jemaat. Orang yang doa pagi merasa lebih rohani daripada orang yang tidak doa pagi, dsbnya. Bahkan orang-orang yang melakukannya ini mulai menghakimi orang lain dan menganggap orang lain lebih berdosa.
Ada suatu gereja, saat pertama dibentuk pengurusnya begitu kompak dan kekompakan itu menjadi kebanggaan mereka. Kita harus waspada jika hal-hal rohani yang baik menjadi kebanggaan, itu adalah setitik kesombongan yang merampas kemuliaan Allah, maka Allah akan mengambil kembali kemuliaan-Nya. Pada akhirnya kekompakan mereka perlahan-lahan berakhir. Dan seorang pengurus yang tetap setia pada aturan kepengurusan mulai menjadi hakim bagi pengurus-pengurus lain yang kerajinannya mulai kendor.
Kita tidak boleh menjadi hakim bagi orang lain sebejat apapun orang itu atau sedalam apapun kejatuhan orang itu, apalagi jika “hanya” tidak melakukan hal-hal rohani seperti misalnya berdoa. Inilah kultur yang dibangun oleh gereja sedemikian lamanya. Gereja membangun kultur menghakimi orang yang belum mampu melakukan Firman Tuhan. Gereja juga secara otomatis memandang orang yang melakukan Firman Tuhan adalah orang yang lebih rohani. Karena itu di gereja ini tidak boleh ada penghakiman kepada orang lain.
III. Mengaplikasikan Kasih Karunia Allah
Orang-orang yang tertekan untuk melakukan hal-hal rohani dan menjadi korban penghakiman begitu mudah terjerumus ke pengajaran Hyper Grace. Dalam pengajaran ini mereka merasa diterima. Karena pengajaran Hyper Grace hanya percaya pada bagiannya Tuhan yaitu menyediakan kasih karunia tetapi mengabaikan bagiannya kita sebagai orang percaya.Padahal apa yang Alkitab katakan?
1 Korintus 15:10 “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.”
Jadi orang yang memahami kasih karunia Allah akan MERESPON kasih Allah tersebut dengan BEKERJA LEBIH KERAS. Sedangkan pengajaran Hyper Grace mengatakan bahwa Tuhan tetap mengasihi dan menerima orang berdosa sekalipun orang tersebut tetap hidup di dalam dosa. Maka jika orang tersebut mati, apakah ia masuk sorga? Kita harus berhati-hati karena pengajaran ini membawa orang untuk memahami bahwa seakan Tuhan mencintai dosa.Selain kultur penghakiman, kultur lain yang tidak boleh ada di dalam gereja adalah:
a. Kultur perlakuan yang tidak menyenangkan kepada orang percaya yang belum menikah (pria/wanita).
Dengan bertanya, “Kapan menikah? Jangan lama pilih-pilih nanti dapat langsat busuk!” Ini merupakan perkataan yang menyayat hati. Orang yang belum menikah adalah aset yang berharga bagi gereja karena mereka memusatkan diri mereka kepada Tuhan. Tujuan hidup bukanlah untuk menikah dan menikah bukanlah tujuan hidup.
b. Kultur memandang janda atau duda dengan sebelah mata.
Banyak penilaian yang tidak baik kepada para janda atau duda. Ini tidak boleh terjadi dalam gereja Tuhan.
IV. Mengaplikasikan Firman karena Kasih Kepada Allah
Orang yang memahami dan mengaplikasikan kasih karunia Allah, bekerja lebih keras untuk melakukan perintah Tuhan, bukan didalam tekanan melainkan kesukaan. Mengapa? Karena kasih!
1 Yohanes 5:3 “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat.”
Semua perintah Tuhan tidak berat: berdoa tidak berat, beribadah tidak berat, melayani Tuhan tidak berat, mengembalikan persepuluhan dan memberi persembahan tidak berat, kerja bakti tidak berat, jika kita melakukan semuanya karena mengasihi Tuhan. Kita menikmati betapa Tuhan mengasihi kita sehingga kita mengasihi Tuhan dan melakukan yang terbaik/excellent bagi kemuliaan Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati

No comments: